Akhirnya Saya dan Mas Rian sepakat untuk beraksi.Untuk menyelesaikan masalah ini.DiUndanglah bapak,dan tanpa memberitahu Bu Anggipun Diundang.Disitu saya dan mas Rian mengundang Untuk makan bersama bersama bapak dan keluarga.Apa coba yang terjadi?Sudah tentu pemandangan yang seakan masih membekas sisa2 dua jiwa yang saling baku tembak karena cinta.Semua diam,semua hening...selama 30 tahun mereka berpisah dengan usia masing2 Bapak 53 dan Bu Anggi 50 tahun.Selama 30 tahun baru sekarang mereka bertemu kembali dalam keadaan tak pernah sekalipun menikah lagi dengan yang lain.Entah apa yang akan terjadi .. Bapak akan mencaci Bu Nyai kah?Atau malah Sebaliknya?..... Semua diam.
Pak Hendry,dewi sehatkah..”Tiba2 Suara Bu Anggi seperti denting kecil menyapa kebekuan rumah ini.
.....tak ada jawaban dari Bapak,hanya diam..diam dan diam.
Pak hendry,dewi..apa dewi telah berkeluarga?’’Bu Anggi mulai menambahkan lagi.
Sejujurnya aku rindu dengan Putriku..Dewi,selama 30 tahun tak pernah lagi bertemu.Terakhir melihat senyum dan tangisannya ketika ia berumur 1 tahun.Aku kangen sama Dewi... Kesana kemari aku memapah naluri seorang ibu,ingin bertemu.. Dan baru saat ini aku bertatapan dengan dirimu.Selama 30 tahun musim maupun waktu yang terus kucari keberadaan putriku.Aku selalu menanyakan Kepada Lastri yang menurut pandangan sangat dekat dengan dirimu..kufikir dia tahu,namun tak pernah ada temu... akupun mencari sendiri kesana kemari.Kemanapun arah yang memanggilku,aku tuju.... namun jalan itu belum sampai juga dimataku.Aku semakin rindu .. Aku terus dan terus berjalan,aku tak perduli lagi dengan malam... tak perduli lagi dengan siang.Dan tak perduli lagi dengan nyawaku sendiri.Aku ingin melihat dan memeluk mata cinta itu.
Aku ingin melihat dewi... aku ingin bertemu,walau harus beberapa menit kesempatan itu.Aku sanggupi,aku ingin melihat mata itu.Buah cinta yang memanggil2 terus dalam mimpiku.Bagaimanapun kau pandang aku,layak atau tidak ku masuki wilayahmu aku tetap ibu dari seorang Dewimu.Ingin bertemu walau untuk pertemuan kembali pertama dan menjadi terakhir.Aku mampu menyanggupinya...setelahnya aku tak akan mengganggu,takkan mencari Dewimu....
Airmata harapan sekaligus permohonan Bu Anggi akhirnya tak bisa disusupkan lagi,meleleh pelan dan seketika berubah membasah derasnya... Permohonan2 itu telah terabaikan,ditelan oleh diamnya Bapak.Hingga terakhir suara Bu Anggi terombak oleh kecamuk rasa yang sudah tak tau gelorannya....
Pak hendri,mungkinkah orang selembut diirmu telah menutup segala arah yang berbisik untuk sekedar membasuh rasa sakit dan luka ku... Meminta sekedar hak yang setitik ingin ku lihat.Sangat hinakah aku,hingga telah memupus segala kata2ku.Dirimu telah tuli...sekaligus bisu..
30 tahun silam,ketika cintamu berteriak,ingin lihat sesaat..kau malah menambahkan hina.. menambah segala kesakitannnya.Hingga tak sedar siapa yang membuat hina dirimu.Aku jatuh namun tetap berusaha untuk memberitahu... namun kau terbawa apa?Hingga suaraku kau telan begitu saja...
Telah tak terbendung Segenap rasa Bu Anggi.Tertumpah,mengaliri urat2 darahnya.Basah..basah hati dan jiwannya..hatinnya gerimis.Lalu ia berlalu dari hadapan kami..tanpa sepatah kata jawaban dari Bapak.Bapak hanya terpaku dan terus diam tanpa menoleh arah manapun.
''Bapak,sungguh kau telah menimpakan batu pada hatinya,hati yang lembut dan setulus Ibu anggi...''
Matahari sore menjadi saksi,bayang2 yang diseret jejak Bu anggi menopang segala kecamuk nalurinya..
Namun ia terima walau harus berdarah2... Hingga bayang itu lenyap ditelan kekuning2an cahaya lembayung senja.
Anggi tinggal dimana sekarang?’’Seperti petir yang menggelegar suara bapak tiba2 bertanya menegangkan.
Sekitar sekjaman dari rumah kami...’’Jawabku
Dan akupun memberitahu tanpa bertanya untuk apa alamat itu.
Bergegaslah bapak dengan mikik sedikit berbeda,matanya menatap apa entahlah fikirannya akan melakukan apa.Setelah bapak berlalu,Aku dan mas Rian saling pandang dan seraya berdoa takkan ada hal yang buruk.Kita terus berdoa dan berdoa hari itu..untuk mereka,supaya ditemukan titik yang baik untuk perkara ini.
""
Rumah sederhana terlihat telah lapuk dimakan usia,disitulah sebuah doa dan tangisan mengisinya.Karena cinta yang terpisah penuh dengan kepahitan oleh hasutan... dan harus terpisahkan oleh mata2 cinta.Yang sungguh kemalangan miliknya.
Tok..tok ..tok..’’terdengar gedoran pintu dari depan.
Terbukalah pintu itu..pintu yang menyambungkan lagi mata yang tak pernah menatap selama 30 tahun silam...dan hari ini menatap dengan penuh campur sebuah realita.
Beberapa saat setelah bertatap...sebuah pelukan,buncahan segala hasrat..segala cambuk cinta,mendarat dalam rumah Wanita malang yang mempunyai jiwa lapang dan lembut hatinya..Cinta yang ia percaya walau cinta itu telah memalingkan mukannya..kini ada dihadapanya seraya memeluk tubuh wanita yang memiliki cinta yang sehalus tutur dan diriannya.
Disitulah sebuah kisah indah..wanita yang percaya akan hati dan jiwannya..Bahwa setiap manusia punya jiwa.Punya rasa dan kebimbangan..tapi dia tetap percaya ..cinta diberi bukan Cuma2..bukan pula suatu kebetulan belaka.Walau dalam penatian dan pencariannya 30 tahun silam..sungguh penuh dan tertimbun segala musim yang sangat peka.Namun Nama sang pemberi cinta selalu ia yakini,bahwa ketika nalurinya berkata ...ia akan mencoba dan terus mencoba,karena ketika kita berhenti untuk memimpikannya.. Binasalah namannya.
‘''Ku cari ..
Ku tangisi..
Harus ku tahu kau telah mati..’’
"".
Sayang..
syairku yang dulu kini telah kau ubah ..
syair kataku bertambah indah,
karena puisiku tak pernah menuai luka..
...kau tetap bintang yang berbinar,
walau lautan sempat mengombang ambingkan sampanku...
namun kini..aku dapat melihat dan tersenyum bersamamu ..
(Cerita ini aku buat setelah menyimak curhatan)
Aini Ken
INdramayu,17 april 2011
Cukuplah bagiku..
Namun tak cukup bagimu menelan pahitnya fitnah dunia..
Yang sedang mataku berbinar..
Ada yang meredupan...
Ada yang menyiram dengan segala upaya ..
Hingga2 sebuah kemalangan ditimpa pada namaku semata..
Dan dirimu
Ku bertemu
Ku pandang
Silam masa membuat terjaga
Kini masih sama..
Belahan jiwa yang terpisah
Mengurung pergi dalam sendiri
Aku sendiri bagai nelayan yang terus mencari jalan
Jalan cinta yang telah binasa..
Namun binasamu
Bukan binasaku..
Aku tetap hidup walau kau memungkiri namaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar