Selasa, 21 Desember 2010

Cambuk aku dengan rahma

Setajam pisau
mengiris hati
perasaan menjelma sakit bukan main
setiap malam-malam mencari penawar
karena siang ,mentari ramah terbalas lembut dengan lisanku
tak bisa berbaring jiwa mengaduh
senyum yang menjadi penghibur

Oh penawar hati
sakit tertusuk pedang
berceceran nyeri tak kepalang

Nampak sepi surau ditepi desa
bibirku mulai basah
dari kejauhan melantun-lantun huruf-huruf hijaiyah

Serak-serak basah suara sayupku mulai singgah
bernyayi dalam pintu rahma
menghadapnya
lemah gemulai raga
bahasa patah-patah
noda-noda hitam
mendebu badan
Seakan mulai mundur lagi mendapat penawar

Wahai diriku..
apa yang akan dilakukan..
aku berhambur keluar
tak menangis maupun terisak
hatiku mati mendadak

Air-air bergenang
didepan surau
telaga itu nampak bening merayang'
ku dekati
aku ingin melihat diriku
nampak jelas wajah itu
wajah yang sesungguhnya merindu
sedang merindu..

Merindu kekasihnya
yang lama
menurutnya meninggalkan dirinya
sebaliknya
disurau kekasihnya setiap waktu selalu memanggilnya
disurau pintu rahma sllu terbuka menantinya

Oh diriku begitu nista
oh diriku tak setia
memutus cinta
hingga cahayanya biinasa

oh hidupkan lentera jiwa
turunkan hidayah
aku linglung
aku mati rasa
aku tak berasa
cambuk aku dengan rahma

Supaya sujudku benar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar